Assalamualaikum Wr. Wb
hai readers, apakabar? apa kalian masih setia membaca tulisan-tulisanku?. lama banget blog ini nganggur ga keisi sesuatu yang bermanfaat. namun kali ini aku akan memulai untuk mengisinya kembali.
Kali ini aku akan bercerita kepada kalian tentang al-mahabbah fillah atau cinta karena allah. Aku memang dari kecil tidak mengenal istilah pacaran dalam kamusku. entah apa yang mencegah hal itu dariku. Mungkin itu adalah kekuatan dari yang maha kuasa untuk tetap menjagaku dari perbuatan yang salah yang justru akan membuatku jauh dari-Nya. Karena sungguh aku takut sekali dijauhi oleh Allah.
Sejak kecil aku hidup seperti wanita yang biasa di masyarakat. Aku sama seperti mereka, pernah mengalami kagum, dikagumi, suka, menyukai, cinta dan mencintai. Namun semua hal itu tak lantas membuatku untuk bertindak gegabah. Setiap kali aku ingin merasakan rasanya pacaran, lalu seketika itu pula Allah mengingatkanku akan pahitnya berharap pada seseorang. Entah tiba-tiba aku ilfeel dengan orang yang aku sukai ataupun aku mengalami culture shock yang membuatku tercengang dengan kebiasaannya yang menurutku kurang wajar.
Aku pernah kehilangan jati diriku yang diakibatkan terlalu sering chattingan dengan lawan jenis. Hal itu membuatku susah kembali kepada jalan yang lurus. Aku seperti tidak mengenali tuhanku lagi. Aku menjadi orang yang berbeda. Dan aku benci diriku dikala itu. Aku seolah-olah menjadi monster bagi diriku. Meskipun lingkunganku sesak dengan orang, tapi hatiku hampa. Aku ingin kembali Ya Allah (T.T).
Sedikit demi sedikit Allah membukakan pintu rahmat-Nya untukku kembali ke jalan yang lurus. Disaat itu semua harus aku relakan atas apa kumiliki, orang yang kusukai dan semuanya. Kala itu hidupku benar-benar kuhabiskan hanya untuk Allah. Saat proses hijrahku hanya sepi yang menemaniku, biasanya setiap malam di chat seseorang kali ini tidak ada satupun. bahkan temen cowok pun yang biasanya tanya tugas nan modus tipis-tipis pun mereka semua tidak ada lagi. Disaat itu aku benar-benar merasa " Ya Allah cobaan ini berat, aku tidak memiliki penyemangat dalam hidupku :(" ujarku dalam hati sebelum aku tidur... Saat itu aku tinggal di mabna atau asrama dimana hampir 4/5 penghuninya memiliki cemceman alias setiap malam mereka berchatting ria dan telponan dengan seseorangnya. Tapi aku selalu mensupport diriku " Tak apa sil, kau tak sendiri, masih ada Allah meskipun dia tak nampak. Ini adalah jalan yang kau pilih dan kau harus mengambil resiko itu" ujarku sembari memberi semangat pada diriku sendiri. hamasaaaah !
Waktu demi waktu berjalan dan aku benar-benar merasakan kedekatannya dengan-Nya. Aku merasa tidak bisa hidup tanpa-Nya. Kebahagiaanku hanya ada pada-Nya. Meskipun ada sahabat cowokku yang memulai chat dengan ku. Namun chat itu hanya bertahan beberapa jam bukan berhari-hari, hal itu berlaku sama dengan dia yang pernah dekat denganku. Aku memulai proses untuk memperbaiki diriku, memperbaiki cara baca quran-ku, sebisa mungkin untuk istiqomah membaca alquran, memperbaiki akhlakku, dan menjaga agar tidak terlalu sering berchat dengan lawan jenis. Dan alhasil ada seseorang yang menemukanku dalam proses perbaikan diriku. Dia sama-sama memperbaiki dirinya juga. kami sering sharing mengenai apa hal yang wajib, sunnah , dan haram untuk dilakukan.
Sering kali aku di dorong temanku untuk berpacaran dengannya. tapi kami memutuskan untuk tidak mengambil jalan itu, meskipun terkadang rindu kami menggebu, say no to chattingan dan tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan dari jauh. Kami saling menjaga, entah keputusan apa yang akan Allah berikan kepada kami. namun lucunya terkadang dia saking gak tahan rindu. dia pernah bilang ingin segera mengkhitbahku sebanyak dua kali. Namun jujur aku belum punya ilmu tentang menikah dan ada project yang harus aku selesaikan dulu. Jadi aku selalu bilang aku ndredeg looh wkwkkw.
Aku memilih dia bukan karena kegantengan, fisik, dan kaya tidaknya. namun aku memilih dia karena rasa cintanya kepada Allah dan karena dia bisa menundukkan pandangannya dari wanita di akhir zaman. Jika rasa cinta dia kepada Allah itu hilang, maka hilang pulalah rasa cintaku padanya. Karena aku mencintainya karena Allah, bukan karena nafsu. Namun sering kali aku bilang kepada diriku, meskipun aku dan dia saling menjaga bukan berarti dia sudah pasti menjadi jodohku, meskipun aku berharapnya dia kelak menjadi imam yang baik untukku hehe. aamiin. Karena ilmu tentang jodoh hanya ada pada Allah, manusia hanya bisa berusaha. Bisa jadi yang jadi pembaca setia blogku menjadi jodohku hahaha (for man).
Bagi kalian yang membaca kisah ini, ada hal yang bisa dipetik untuk menjadi pelajaran bahwa jangan sibuk mencari tapi berusahalah perbaiki diri. Jangan sibuk berchatting sana sini, tapi cobalah untuk menundukkan pandangamu. Karena itu lebih baik bagimu. Bukankah kau menginginkan jodoh yang baik(?). Karena jodoh itu cerminan diri sendiri. Saat kalian tidak baik, maka jodoh kalian juga tidak baik, begitu pula sebaliknya. Hal ini sudah tertera dalam al-quran. seorang pezina tidak akan menikah kecuali dengan pezina pula, seorang yang baik juga tidak akan menikah kecuali dengan seorang yang baik pula. Bukankah Allah tidak pernah menyalahi janji-Nya(?)
nb: ingat bermesraan dalam chattingan itu juga termasuk zina loh, hanya saja hal itu seperti makna yang diperhalus. Apalaagi berpacaran. berbuat baik itu memang syusaaah! tapi ingatlah balasannya surga. Dan sebaik-baiknya tempat kembali adalah surga.
Semoga bermanfaat ^.^
Wassalamualaikum Wr. Wb
TI
Sivma
0 komentar:
Posting Komentar