Selasa, 14 April 2020

Fatamorgana

di 05.10.00 0 komentar
Kita mengisi waktu sepanjang usia dua puluhan dan tiga puluhan dengan berusaha keras menjadi sempurna, karena kita mencemaskan penilaian orang lain tentang diri kita.

Ketika memasuki usia empat puluh dan lima puluh, kita akhirnya mulai bebas, karena kita memutuskan bahwa kita tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri kita.

Tapi, kau tidak pernah benar-benar bebas hingga usia enam puluh dan tujuh puluh, ketika kau akhirnya menyadari kebenaran yang membebaskan ini — tak ada seorangpun yang pernah memikirkanmu.

Orang hanya memikirkan diri mereka sendiri disebagian waktu mereka. Orang tidak punya waktu untuk mencemaskan apa yang tengah kau kerjakan. Atau seberapa baik kau dalam mengerjakannya.

Karena perhatian mereka tertuju pada drama diri mereka sendiri.

Perhatian orang mungkin terarah padamu sebentar (ketika kau berhasil atau gagal). Tapi perhatian itu akan kembali ke tempat mereka yang biasa ini — diri mereka sendiri.

Meskipun pada awalnya terkesan hampa dan mengerikan untuk membayangkan bahwa kau bukan pusat perhatian orang lain, kenyataannya itu juga melegakan.

Kau bebas, karena setiap orang terlalu sibuk memusingkan diri mereka sendiri untuk sempat memikirkanmu.

Jadilah sosok yang kau inginkan. Lakukan apapun yang ingin kau lakukan.

Kejarlah apa pun yang menarik bagimu dan memberikan semangat ke dalam kehidupanmu.

Ciptakan apa saja yang ingin kau ciptakan dan biarkanlah meskipun hasilnya sangat tidak sempurna, karena kemungkinan besar tidak ada seorangpun yang menyadarinya.

Dan, itu luar biasa.

(Dikutip dari buku BIG MAGIC karya Elizabeth Gilberth : 177)

Minggu, 02 Februari 2020

Optimislah!

di 17.12.00 0 komentar
Allah itu Maha mendengar. Ia mendengar bahkan ketika semua orang tak peduli lagi denganmu. Ia Maha mendengar bahkan ketika riuh bumi membuat suaramu tak terdengar oleh manusia.

Ketika Nabi Musa sudah di depan lautan lepas, sementara Firaun sudah merasa di atas angin siap menerkam Bani Israil, Nabi Musa dengan tegak berkata, "sesungguhnya bersamaku ada Tuhanku yang akan menunjukkanku."

Ketika api sudah mulai menyala menjilat-jilat Nabi Ibrahim, Namrudz sudah merasa ia bisa menghidupkan dan mematikan. Namun Allah Mahamendengar bahkan ketika nyala api itu mulai berkobar besar. Hanya dengan sedikit sentuhan, "Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan untuk Ibrahim..."

Ketika bumi sudah tak lagi memberi tempat buatmu, yakinlah bahwa Langit senantiasa membuka pintunya untukmu mengadu.

Allah mendengar rintihmu didetik ketika kamu merasa semua orang meninggalkanmu

Syaikh Ali Ath-Thantawy
 

TAMAN IQRO © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor

Back to Top
Black Moustache